Sabtu, 28 Juni 2014

"Udah punya pacar?"

Halo, bertemu lagi sama saya, yang setelah sekian lama nggak nulis. mau istiqomah kok ya rasanya berat banget cyiiin. Sementara di lubuk hati ini banyak hal yang sebenernya pengen banget dishare (ntar aku share satu-satu deh ya :3). Dan aku memilih untuk menulis tentang ini.

Hal ini dilatar belakangi oleh sebuah pertanyaan,"udah punya pacar?" Pertanyaan ini dilontarkan oleh ibu saya dan ditujukan pada saya, anak gadisnya yang udah umur 20 (walau aku masih ngerasanya umur baru 16,wkwkwk). Waktu ditanya begitu, reaksiku sih biasa aja, bilang belum punya. mau fokus sekolah dulu. atau dengan bercanda,"ntar aku langsung dilamar kok mam..."



Tapi dalam hati,kok aku galau ya? Bercurhatlah aku dengan mbak murabbiku tersayang,waktu nonton resital biola tanggal 19 mei lalu (cerita galau kok ya di konser, apalagi dengerin lagu Back in Time yang dicover instrumen biola). Curhat kalo sepertinya ibu saya agak khawatir anak gadisnya ini kok belum punya temen spesial laki-laki,padahal ibu sendiri seumuran aku udah nikah.

Sebenernya,aku berprinsip mau pacarannya setelah nikah. Itu yang dibenarkan dalam agama kan? Udah tanya-tanya juga, bedanya ta'aruf sama pacaran itu apa? soalnya aku nggak mau bagaikan membeli kucing dalam karung.  Setelah baca bukunya Ust. Felix yang  "Udah,Putusin Aja!" semakin memantapkan bahwa pacaran itu di Islam gak ada.

Tapi, punya prinsip ini ternyata gak gampang. Gak mau munafik,siapa sih yang nggak penasaran,pacaran itu rasanya gimana sih? kok kayaknya asik punya temen spesial yang bisa diajak berbagi..dikasih bunga,dikasih surat cinta,foto selfie yang unyu. oke, itu cuma penasaran. tapi yang paling bikin galau adalah ketika melihat mami kok kayaknya khawatir aku susah dapet jodoh karena gak pacaran. duh mam, aku kan bukan antisosial, nyatanya aku gaul kok,tetep punya banyak temen...



Ya wajar kok orangtua khawatir, begitulah kata mbak murabbiku. Apalagi anak-anak seusiaku emang rata-rata udah punya pacar yang keren, misal nih, punya pacar yang udah kerja mapan, punya pacar anak teknik di universitas favorit,atau punya pacar calon dokter. Semacam, ada ketenangan. Pacaran yang dimaksud mamiku juga nggak yang neko-neko, yang wajar2 aja, yang baik2, jangan yang aneh2...tapi kalo punya pacar keren-keren itu, apakah dia beneran suamiku di masa depan? tetep aja,nggak ada yang menjamin.

Gara-gara mami yang khawatir itu,aku jadi galau. apakah sudah tepat pilihanku? yang mana nggak tepat? lha itu justru yang sesuai ajaran agama kok. Tapi kan, begini begitu....jadi semacam ada gaya tarik ke kiri dan ke kanan, ke kiri bilang: pacaran aja. yang kanan bilang,gak usah pacaran. Lalu aku pun melihat ke temanku, dia berjilbab. Aku melihat dia tangannya dipegang sama pacarnya, bahunya pun dirangkul. aku bertanya pada diriku sendiri : sanggup kamu, dipegang tangan sama dirangkul sama orang yang belum halal? jujur,aku nggak sanggup.Apa mungkin aku pacaran tanpa pegangan tangan,rangkulan,dan kontak fisik lainnya?terus pacarannya mau ngapain? belum lagi masalah hati. sepertinya, pacaran itu tetep ikatan yang gak pasti, terus kalo putus dan aku patah hati gimana? oke, pacaran katanya gak usah serius-serius. Temenku pernah bilang begitu, jadi punya pacar 1 dan harus siap-siap punya serep (semacam ban dong?) tapi kalo gak serius, mau po jadi bahan coba-coba? masa iya aku sama kaya kelinci dan marmut di praktikum? Then I say no.

Panjang lebar curhat sama mbak murabbi, beliau pun bilang,"jangan sekali-kali kamu mencoba." aku akan menyesal kalo mencoba.  oke,apakah aku membayangkan kalo pacaran itu menjurus ke hal-hal 'begituan'. Kan gak semua pacaran 'begituan'? lalu aku balik lagi tanya, kamu bisa menjamin jaga diri padahal benteng pertama aja udah runtuh? aku rapuh, iman aja masih naik turun, sehebat apa sih bisa menjamin diri sama hati? 

Apakah dari pacaran,aku bisa dapet jodoh yang baik? katanya kalau gak pacaran nanti susah cari jodoh. kenyataannya, banyak contoh yang menikah lewat proses ta'aruf dan pernikahannya bahagia. Banyak juga yang pacaran bertahun-tahun, tapi ujung-ujungnya putus padahal di awal udah yakin banget ketemu true love nya. yang pacaran malah jadi hancur? apalagi.Ah, ternyata tetep aja dalam ketidakpastian kan?

Dan pada akhirnya, aku pun memilih untuk nggak pacaran. aku memilih untuk percaya bahwa laki-laki baik untuk perempuan baik. Ada seorang laki-laki baik sedang bersiap diri, mungkin dia lagi rajin belajar, mungkin dia lagi ngumpulin bekal. Aku juga ingin begitu, bersiap diri, belajar yang bener, tingkatin softskill yang lain. Masa sih, yang bener-bener jaga diri gak bakal dikasih yang terbaik sama Allah? 




Mungkin aku bakal galau lagi gara-gara masalah ini. gapapa sih, biasanya habis galau nanti dapet semacam pencerahan,penyejuk hati, entah aku sharing sama temen akhwatku yang cantiks, entah baca artikel atau apapun. Allah memang MahaTau kan?

Sekalipun dengan tertatih,terseok-seok, semoga tetep bisa istiqomah . Saling mendoakan ya :"3








1 komentar:

Annisa Fitriani mengatakan...

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya agar kamu mendapat petunjuk” (Q.S. Ali Imron ayat 103)

semangat dek khusnul :)