Sabtu, 17 Desember 2011

7 7 7

Beberapa hari yang lalu, aku nonton film, 7 hati 7 wanita 7 cinta. well,well,well,,,film yang nggak begitu oke, apalagi endingnya, masih nggantung. Meskipun begitu, tetep ada sesuatu yang bisa aku petik,dan 1 hal lagi, aku pengen banget jadi dokter kaya dokter Kartini.




jadi kan ceritanya tentang dokter kandungan yang punya kalau nggak salah 7 pasien. Ada anak SMP bernama Rara yang udah hamil sama pacarnya, wanita korban KDRT bernama Lily (medeni banget mbayangin KDRT nya), wanita gemuk bernama Lastri yang belum bisa punya keturunan (dan miris ternyata dia dijadiin istri kedua sama suaminya),wanita shalihah bernama Ratna  yang punya suami pengangguran poligami lagi,pelacur yang kena penyakit di rahimnya bernama Yanti, wanita karier yang pinginnya cuma punya anak laki-laki, hmm..baru 6 wanita. barangkali yang ke tujuh dokternya kali ya?

Lihat kasus wanita yang terlibat disana, beragam. percaya atau tidak,tapi aku percaya, itu menggambarkan wanita-wanita di Indonesia maupun di belahan dunia yang lain. Dalam hal ini aku cuma ngerti dikit-dikit,tapi intinya diluar sana masih banyak wanita yang..yah, tertindas, diperlakukan nggak pantas bahkan oleh suaminya sendiri,ditipu, terpaksa menjual diri, nggak tahu makna penting sebuah kehormatan, daaan masih banyak lagi. nah, aku sukanya mbayangin kalau aku di posisi mereka, pasti sakit banget rasanya. 

Kasus pasiennya yang rata-rata korban laki-laki itu membuat dokter Kartini menganggap wanita selalu menjadi korban dan membuatnya belum mau menikah. Sosok lain yang aku juga suka, yaitu dokter Rohana, dia dokter kandungan juga. Masih muda dan powerful. Dia bilang nggak semua wanita jadi korban, walaupun sebagian besar memang iya. Akhirnya juga dokter Kartini mau menerima cinta dari seorang laki-laki yang berhasil meyakinkannya bahwa masih ada laki-laki yang baik.

Dari film ini tetep ada pelajarannya kok, jadi wanita nantinya memang harus pinter dan jangan mau dianggap lemah, tanpa harus menghilangkan sisi-sisi kelembutan atau kodrat wanita yang lainnya. uu, kok omonganku udah begini ya? sekali-kali perlu lah,

Tidak ada komentar: