Rabu, 21 Desember 2011

Akhwat vs Cewek #1



Baru teringat akan sesuatu. Karena lagi inget, aku tulis deh..

Akhwat dan cewek, serupa tapi tak sama. Tapi, mereka tetep sama dalam beberapa hal. Salah satunya dalam hal melihat orang yang..ehm, ganteng. Siapa sih yang nggak terpesona kalau lihat bintang cakep di film?

Waktu kelas XI kemarin, temen-temen lagi heboh nonton Crazy Little Thing Called Love. Waaah,tau kan bintangnya siapa? Sebagian besar pada bilang ganteng. Buat temen-temen cewek, terdengar jeritan yang kira-kira seperti ini,

“Waaaaaah…ganteeeng bangeeet yaaa..”

Aku pikir, temen-temenku yang akhwat nggak terpesona lihat bintang film macam itu. Ternyata nggak loh. Setelah mereka nonton film itu, salah seorang temenku bilang

“Waaah,Subhanallah ya Allah itu, menciptakan makhluknya…”

Hihihi. Lucu ya. Nah, bedanya kalau cewek bilangnya begitu, akhwat begini. Kalau akhwat seterpesona-pesonanya masih memuji Allah, Sang Pencipta. kalau cewek, ya cuma memuji makhluk saja. Kalau cewek belum tentuu…Terus, nanti biasanya sih kalau cewek bilangnya, “iyaaa..dia kan pacarku.” Nah, kalau akhwat bilangnya apa? “Besok suamiku lebih ganteng kok daripada dia,” atau “Rasulullah pasti lebih tampan kok.”

Nah, sebagian temenku yang akhwat pada suka nonton film korea, sekarang yang lagi ditonton yaitu serial Sunkyunkwan Scandal. Pemainyaa cantik dan ganteng. Ya, lagi-lagi temen akhwatku bilang, “Subhanallah….” Waktu mendengarnya aku cuma ngikik. 

Akhwat sama cewek, tetep sama kok. Waktu mereka sedih,takut, seneng, terpesona, bahkan saat jatuh cinta. Perasaan yang dirasakan kira-kira sama lah. Tapi, pengekspresian dan tindakan yang dilakukan tentunya berbeda dong. Salah satunya seperti yang aku ceritain di atas. :D

Sabtu, 17 Desember 2011

Ronggeng Dukuh Paruk #1


Pernah baca novel judulnya Ronggeng Dukuh Paruk? kalau nggak gara-gara tugas bahasa Indonesia waktu kelas XI, nggak bakal baca aku. Aah, ternyata novel jadul ini cukup legendaris...bagus kok ceritanya. Sekarang di film-in, walaupun lebih menonjolkan kisah cintanya aja. Padahal nggak juga, masih ada nilai-nilai sosial dna moralnya juga. Sayang juga, nggak nonton film nya juga, gapapa deh.

Novel ini menceritakan kondisi masyarakat tahun 65 an. Ada sangkut pautnya sama PKI juga kok nantinya. Masyarakatnya ya masyarakat Jawa yang penuh intrik mistis begitu. Pekerjaan penduduk ya bertani..bisa nggambarin kan?

Oke, lanjut ke kisah novelnya, yaitu menceritakan tentang ronggeng. Apa sih ronggeng itu? Ternyata penari sekaligus pelacur. Ronggeng itu seperti sudah milik umum, jadi dia boleh ditiduri oleh laki-laki yang bisa memberinya hadiah paling mahal. Anehnya, dia dianggap bak putri di kampung. sSemua orang memuja dia. ckckckck..jahiliyah bener dah. Yang ditakdirkan jadi ronggeng adalah anak perempuan bernama Srintil. Gadis yatim piatu yang orangtuanya meninggal karena tragedi keracunan tempe bongkrek seperti orangtua teman-temannya, termasuk sahabatnya Rasus. 

Dukuh Paruk itu sendiri, adalah dukuh yang miskin dan terbelakang baik pendidikan maupun moral. Warganya pada males kerja. sama hal-hal mistiknya masih kentel banget. Satu kebanggaan dukuh ini yaitu Ronggeng...nggak ada Ronggeng, kaya nggak ada nyawanya itu dukuh. Ronggeng itu juga bukan sembarang penari, loh. Dia semacam ada arwah Ronggeng. Baransiapa yang jadi inang arwah Ronggeng, dia bisa nari. nasib inilah yang terjadi pada Srintil. Setelah diketahui diinangi arwah ronggeng, dukun desa pun melakukan semacam ritual bersama istrinya, Srintil dikasih susuk, dikasih ini, itu, bla-bla-bla, ritual yang paling medeni, yaitu ritual 'bukak klambu'. Srintil harus melepas kehormatannya pada laki-laki yang bisa memberinya harta atau perhiasan paling mahal, baru besoknya kadi ronggeng...turun ke pentas. Menari, kalau ada orang punya hajat, dia diundang buat nari.

Sementara Rasus, sahabat Srintil dari kecil, merasa amaaat kehilangan. Gimana nggak,ternyata Rasus itu memahat sosok ibu yang sudah tiada pada diri Srintil. setelah Srintil jadi Ronggeng, ya sudah, dia seperti kehilangan sosok ibunya itu. Rasus juga cinta sama Srintil. Dia merasa, Dukuh Paruk sudah merebut satu-satunya miliknya. Dia berandai-andai kalausaja dia laki-laki kaya, pasti bisa memiliki Srintil.

Rasus pun pergi, meninggalkan dukuhnya itu. Di luar dukuh, ternyata dia banyak belajar. Dia menemui banyak nilai moral dan menemui orang-orang yang lebih terdidik, lebih suka bekerja . Dia pun awalnya jadi semacam kacungnya tentara, mbawain senjatanya tentara gitu deh.  Beberapa tahun kemudian, laki-laki ndeso itu berubah menjadi tentara yang gagah perkasa. Siapa yang nggak pangling, Srintil waktu tahu Rasus jadi tentara aja langsung pangling. Apalagi Rasus menyelamatkan Srintil yang rumahnya dirampok, tambah terpesona dong...pada akhirnya, Srintil justru menawarkan diri untuk dinikahi Rasus,tapi Rasus menolak. lalu dia pergi lagi keluar dukuh. Dia merasa seperti memberikan harta untuk dukuh Paruk, yaitu seorang ronggeng.

Kelanjutannya bagaimana kah? aku belum selesai baca  buku kedua dan ketiganyanih..hehehe. Aku selesaiin baca dulu ya... Kayaknya bakal seru deh ceritanya.



.

7 7 7

Beberapa hari yang lalu, aku nonton film, 7 hati 7 wanita 7 cinta. well,well,well,,,film yang nggak begitu oke, apalagi endingnya, masih nggantung. Meskipun begitu, tetep ada sesuatu yang bisa aku petik,dan 1 hal lagi, aku pengen banget jadi dokter kaya dokter Kartini.




jadi kan ceritanya tentang dokter kandungan yang punya kalau nggak salah 7 pasien. Ada anak SMP bernama Rara yang udah hamil sama pacarnya, wanita korban KDRT bernama Lily (medeni banget mbayangin KDRT nya), wanita gemuk bernama Lastri yang belum bisa punya keturunan (dan miris ternyata dia dijadiin istri kedua sama suaminya),wanita shalihah bernama Ratna  yang punya suami pengangguran poligami lagi,pelacur yang kena penyakit di rahimnya bernama Yanti, wanita karier yang pinginnya cuma punya anak laki-laki, hmm..baru 6 wanita. barangkali yang ke tujuh dokternya kali ya?

Lihat kasus wanita yang terlibat disana, beragam. percaya atau tidak,tapi aku percaya, itu menggambarkan wanita-wanita di Indonesia maupun di belahan dunia yang lain. Dalam hal ini aku cuma ngerti dikit-dikit,tapi intinya diluar sana masih banyak wanita yang..yah, tertindas, diperlakukan nggak pantas bahkan oleh suaminya sendiri,ditipu, terpaksa menjual diri, nggak tahu makna penting sebuah kehormatan, daaan masih banyak lagi. nah, aku sukanya mbayangin kalau aku di posisi mereka, pasti sakit banget rasanya. 

Kasus pasiennya yang rata-rata korban laki-laki itu membuat dokter Kartini menganggap wanita selalu menjadi korban dan membuatnya belum mau menikah. Sosok lain yang aku juga suka, yaitu dokter Rohana, dia dokter kandungan juga. Masih muda dan powerful. Dia bilang nggak semua wanita jadi korban, walaupun sebagian besar memang iya. Akhirnya juga dokter Kartini mau menerima cinta dari seorang laki-laki yang berhasil meyakinkannya bahwa masih ada laki-laki yang baik.

Dari film ini tetep ada pelajarannya kok, jadi wanita nantinya memang harus pinter dan jangan mau dianggap lemah, tanpa harus menghilangkan sisi-sisi kelembutan atau kodrat wanita yang lainnya. uu, kok omonganku udah begini ya? sekali-kali perlu lah,

Nggak cinta sama sekolah..sedih sekali ya?


Sudah dua tahun setengah aku sekolah di teladan (terus kenapa ya?). So, udah banyak macam orang yang aku temui. Kali ini aku mau bahas temen-temen yang…ehm,nggak cinta sama sekolahnya.

Seperti apa sih rasanya. berhubung saya lumayan seneng ya sekolah disini, jadinya ya nggak tau. Mungkin ya, males berangkat sekolah, nunggu-nunggu bel pulang bias bisa pulang cepet, nggak suka memeriahkan acara sekolah (aku pun masih pilih-pilih dulu,acaranya asik apa nggak), kalau sekolah nggak punya sesuatu seperti di sekolah X, pasti pada bilangnya,”ah payah, nggak kaya sekolah X yang punya ini itu..” setengah hati gitu deeh sekolah di Teladan.malah temenku ada yang bilang begini,”aku anak teladan tapi berjiwa…tau kan yang dimaksud sekolah X? :P

Apa sih yang buat mereka nggak suka? Ada yang disuruh orangtua, ada yang gara-gara nemnya nggak cukup buat masuk sekolah X. yah, itu mah udah nasib…masuklah si anak ke teladan. Karena setengah hati dan melihat teman-teman SMPnya ke sekolah X yang dalam beberapa hal memang lebih unggul dari pada sekolah kita, membuat dia jadi broken heart.

Sebenernya, aku pengen bilang ke dia pas aku denger udah mulai njelek-njelekin Teladan .”Kenyataanya kamu disini, bukan disana. Seberapa besar cintamu ke sekolah X, toh kamu nggak diterima disana kan? Kalau nggak suka, kenapa milih sekolah ini jadi pilihan kedua? Kayaknya masih ada sekolah lain yang lebih bisa kamu terima lingkungannya daripada disini dan bisa kamu jadi pilihan kan.” Tapi ya itu, aku nggak berani. Hehehe…

Seiring berjalannya waktu, ada temen yang udah mulai menerima,ada yang mulai cintaaa banget sama teladan, ada yang yah…tetep kekeuh nggak suka sama teladan. Oke, kalau dia nggak berbuat hal macam-macam. Mirisnya kalau dia sampai merusak sekolahnya. bikin gemes…nyebai. Kalau nggak suka, pas bel langsung pulang, lakukan apa yang disuka, tapi nggak usah bawa nama dan atribut sekolah. Atau kalau orangtua ngebolehin, pindah sekolah aja. Beres kan. walaupun gemes rasanya, lama-lama kasihan juga sama mereka. Nggak enak banget berada di tempat yang nggak kita sukai dan itu 2-3 tahun lamanya.

Harus aku akui juga, di Teladan ada oknum yang nggak welcome sama anak yang memiliki karakter-karakter unik dan nggak biasa untuk lingkungan sekolah yang …you know how lah.. yang lebih welcome banyak kok. Cuma, mereka udah under estimate duluan, akhirnya makin males deh sekolah disini dan benar-benar menutup diri. Teladan justru butuh orang-orang yang memiliki warna unik, biar makin berwarna.
Lingkungan teladan emang religius, walaupun masih ada kekurangannya. Tapi, lingkungan religius ini sama sekali nggak pernah memaksakan seseorang untuk berubah menjadi orang lain. Dia tetap bebas menjadi dirinya sendiri. segala aturan yang tegas, lingkungan religius itu hanya untuk membatasi supaya mereka tidak melampau batas. hanya itu.

Satu hal lagi, apa yang masih kurang di Teladan? Banyak. Tugas siapa yang menjadikan Teladan lebih baik lagi, kalau bukan murid itu sendiri. Murid lah yang membuat sekolah dapat predikat Teladan dan muridnya juga yang akan menghancurkan citra sekolah.

So, buat temen-temen atau adek-adek yang masih…yah, nggak cinta sama sekolah. Cobalah buka hati, sedikiit saja deh…oke?
***

Rabu, 14 Desember 2011

AYAM!


Aku mau cerita pengalamanku waktu baru pertamakali ngomong, sekitar 16 tahun silam…
Kata ibuku, aku sampai umur dua tahun belum bisa ngomong. Sedih…padahal adekku umur 11 bulan aja udah pinter ngoceh,kalau aku…perkembangan bicaranya lambat. Nah, ibuku sih tenang-tenang aja, sampai suatu ketika ibuku dibilangin gini,

“Bu, anaknya belum bisa ngomong ya?”

“iya ni…”

“wah, jangan-jangan bisu ya bu?”

Sial. Siapa tuh yang ngatain aku bisu? Ibuku langsung khawatir lah, apalagi waktu itu ibuku masih muda banget, belum punya banyak pengalaman tentang anak. Haduu…sampai sekarang aku masih belum tau siapa yang ngata-ngatain aku begitu. Coba aja kalau aku tau,,,,emang aku mau ngapain ya? thinking.



Skip. Suatu hari, aku disuapin makan (sama ibu atau nenekku ya?) di depan rumah. nah, waktu lagi disuapin, ada ayam tetangga lewat, langsung aku teriak,”Ayam!” akhirnya. Ibuku pun lega, ternyata aku udah bisa ngomong. Yee, nggak jadi bisu kan? lha wong sampai sekarang aku malah suka cerita ngalor ngidul kok.

Terus aku mikir lagi, kok bisa ayam? Ya nggak tau.nah, aku kan suka banget makan ayam, kaya Upin Ipin, ayam goreng, ayam semur, gule ayam, dan ayam-ayam yang dimacem-macemin.  Jangan-jangan ayam emang udah jadi favoritku dari kecil? kan kata pertama dulu ayam…hehehe

Jadi Dokter itu, Menantang


Siapa yang pengen jadi dokter? Banyak, banget malah. Include me.



Karena itu, aku nonton code blue dan hasilnya…aku menemukan banyak hikmah dari nonton film ini. Film (lebih tepatnya dorama) mengisahkan 4 dokter muda, ya yang lagi ko-as gitu. Mereka berempat punya karakter spesial sendiri-sendiri.

Di rumah sakit mereka di departemen lifesaving, semacam departemen yang menyelamatkan korban kecelakaan. Setiap hari adaaa aja. paling-paling tidur Cuma bisa satu dua jam, malah nggak tidur sama sekali ( padahal aku tukang tidur, ya Allah…)

Satu hal yang bikin aku keinget terus si Aizawa, yang paling pinter. Sosok yang berani dan dingin banget. Suka sama mbedah-,mbedah. Dia pernah bilang,” pembedahan itu seperti olahraga,butuh banyak latihan.” Dokter seniornya bilang, intinya gini: “ kamu benar, tapi mereka itu manusia, bukan babi yang bisa seenaknya kamu bedah.”

Kalau aku merhatiin..image seorang dokter itu prestise. Iya sih, imagenya intelektual, penghasilan dokter juga rata-rata tinggi.Komplit kan? So, banyak banget yang pengen jadi dokter. Ornag tua nyuruh-nyuruh anaknya buat jadi dokter, soalnya kerjaannya terjamin. Nggak bisa memungkiri juga,..ya sudahlah.

Parahnya, pernah aku baca berita ada calon mahasiswa nyewa joki waktu SNMPTN biar lulus jadi mahasiswa kedokteran. Mau jadi dokter apaan, awal-awalnya udah nyogok. Ada issu, ada beberapa universitas yang meminta sumbangan untuk fakultas kedokteran ratusan juta. Kok jadi apa-apa duit? Ckckck..prihatin.

Sedangkan, dari film itu aku tahu bahwa jadi dokter itu…menantang, nggak sekedar prestise aja. Ya, ada nyawa orang di tangannya. Dokter adalah salah satu perantara Allah dalam menyembuhkan manusia yang sakit, pasti besok dimintain pertanggungjawabannya. Nggak bisa main-main dong ya…

Tanggung jawab moralnya tinggi. Di film itu, aku lupa yang bilang siapa, jadi dokter itu kalau kamu berhasil menyelamatkan orang, mereka akan berterimakasih padamu, tapi kalau pasienmu meninggal, kamu dibilang pembunuh. Jadi ndredeg…

Mereka juga harus mengorbankan banyak hal, termasuk urusan pribadi. Yang tadinya mau pulang, jadi nggak bisa. Memberikan yang terbaik buat pasien. Yang bikin aku nggerus, seorang dokter waktu ngasih tahu keadaan pasien yang..tragis. Hiyama misalnya,yang suka terpengaruh sama kondisi, nggak tega bilang ke keluarga pasien kalau ternyata pasien itu lumpuh total gara-gara kecelakaan. Tapi dia harus bilang walaupun pahit. Intinya, dokter harus terbiasa melihat kenyataan-kenyataan pahit yang ada di depannya.

Selain itu, dokter harus gesit, sigap (padahal aku masih lelet nih). Bayangin, waktu menangani sebuah kecelakaan, dokternya bisa dihitung jari tapi korbannya disana sini. Mereka saling berteriak minta diselamatin duluan. Siraishi, dokter yang cantik itu pun pernah bingung mana yang harus diprioritaskan. Di satu sisi, pasien itu walaupun dibawa ke dokter heli tetep nggak ngaruh (udah sakaratul maut), dan pasien yang lain harus dibawa pake dokter heli karena kemungkinan besar masih bisa diselamatkan. Akhirnya dia bisa memilih walaupun ada yang marah sama dia. Harus pinter-pinter memprioritaskan.

Cita-cita jadi dokter mulia kok,sama kaya cita-cita yang lain. Buat temen-temen (dan aku juga), yang mau jadi dokter, semoga dari hati ya. Apa mau,  belajar bertahun-tahun , baca buku tebel, tapi ilmu tidak benar benar diterapkan dari hati untuk mendapat ridha Illahi? Jangan sampai deh. :D

Selasa, 13 Desember 2011

Remidi oh Remidi..

UAS sudah berakhir. Saatnya bersenang-senang? Nanti dulu. Papan pengumuman di kerubungi anak-anak, pertanyaan muncul, namaku ada nggak ya di daftar remidi? Kok pelajaran ini nggak ada sih? Di papan pengumuman nggak ada, mencari guru mapel untuk tanya nilai. “Pak, boleh lihat nilai?” atau, “Bu, remidinya kapan?” Ruang guru jadi rame juga. Temenku bilang, ujian akhir semester berasa dua minggu, yang seminggu UAS nya, seminggunya lagi remidi.

Nah, ada pelajaran yang jadi top number one remidi, yaitu fisika, itu terjadi saat kamu kelas X dan XI. Gimana nggak, remdi seangkatan gitu. Paling satu kelas yuang nggak remidi cuma 1 atau dua biji, kalau guyonannya, “waaah..penghianat kelas niiih..” Bentuk remidinya ya itu, ngerjain soal UAS lagi. Berjejer lesehan di lorong-lorong kelas, ada juga yang memilih di perpus, soalnya cozy. Kertas jawaban anak yang nggak remidi disalin bareng-bareng. Solidaritas yang sangat tinggi yah!

Remidi, remidi, kamu beken banget sih.

Pagi ini sebelum aku menghadap leptop, ngerjain remidi UAS matematika dulu.  Remidinya dijadiin PR dan waktu ngerjainnya enak, aku dikasih tau kalau aku remidi hari kamis, maksimal ngumpulin hari selasa. Tenggat waktu 5 hari!

Dulu aku sering meratapi nasib, kok ya aku langganan remidi sih? Dulu waktu SMP  kadang-kadang, SMA..sering.ckckck. merasa aku ini kok ya bodo banget....padahal temen-temen yang senasib banyak. Tapi, orang-orang bijak berkata, remidi itu bukan berarti kamu bodoh, itu menandakan kamu perlu belajar lagi, biar lebih mudeng…SETUJU. Prinsip itu aku genggam terus walaupun aku kadang galau kalau remidi…apalagi lihat temen yang nggak. kayake aku juga udah belajar, tapi kok nilainya masih dibawah KKM…

Remidi bukan sesuatu yang buruk. Satu hal yang baru saja aku pikirkan dan itu sebuah hikmah, kenapa kok nilaiku bisa jelek gitu? Kalau di rumah latihan soal bisa-bisa aja tuh. Gimana nggak, my room is my heaven. Aku sangat nyaman belajar di kamar, ngerjain soal, plus nggak dikejar-kejar waktu. Nah, kalau pas ujian, aku sering banget gugup dan panikan, apalagi kalau kalau jawabannya nggak ketemu-ketemu. Mendadak blank, rumusnya rontok. Padahal soalnya sebenernya bisa aku kerjain. Tadi, aku ngerjain soal yang kemarin aku pikir ribet..ternyata simple dan cuma memakan waktu 1 menit karena aku rileks…waaaa..nyesel berat. Coba kalau soal itu bener, minimal nialaiku bisa pas KKM.  Bener kata temen aku, “aku usahain selain teliti, nggak panic.” So, besok kalau ujian,TO,atau semacamnya, akan kucoba buat lebih rileks. Bisa nggak ya aku kaya ngerasa ngerjain di kamarku? Semoga. Yep, teori yang oke, tinggal aku harus mempraktekkan. Doakan saya teman.

Ada lagi. Kemarin aku habis curhat sama temenku yang lagi sedih juga gara-gara remidinya banyak. Walaupun sedih, dia masih bilang ginil “kadang aku ngedong kalau habis remidi.” Walaupun ulangan sudah berlalu, nggak apa-apa kan ngedong setelah remidi. Ilmu kan dipakai nggak cuma pas ulangan.

Terus, hikmah yang lain apa ya? seperti yang udah aku ceritain, solidaritas. Hehehe…remidi kan bikin rame. Meningkatkan kekompakan anak-anak kelas. yang pinter ngajari yang belum ngerti.

Sensasi remidi itu seru. Nggak remidi, nggak gaul. Itu seni dari anak sekolahan,walaupun buat guru sebel. Tapi kan jadi punya cerita, ya nggak?Besok kalau udah sukses dan ada reuni, ada  cerita,” ini kan waktu kita remidi seangkatan..ya kan,kamu dulu gini..aku gitu….” 

Remidi nggak jelek kok, tapi  kita tetep harus berusaha maksimal biar nilainya tuntas loh. Nah kalau ternyata remidi, ya seperti aku bilang, hanya perlu belajar lagi…aku bilang begitu bukan berarti udah nggak galauan, tapi menasehati diri sendiri. :P 

Semangat teman, kita pasti bisa kok. 


Iskandar Widjaja :D

Aku mau cerita,sebenernya udah lama sih...kejadian Sabtu tanggal 12 November 2011, malam hari  jam 8 @ rumah budaya Tembi.

Dari awal ya? oyeeeah. Sejak hari kamis aku dan temen-temenku galau, mau nonton konser nggak nih? kok kabarnya nggak jelas. kapan, dimana, jam berapa,tiketnya berapa..eeh, temenku si kikek ngasih tau tempatnya disitu,jam segini, dan gratis. Kontan aku sama temenku seneng dong ya. Konser apa sih? itu loh,Iskandar widjaja, violinist yang di iklan kopi, yang bilang "I only drink the best." 

Jujur, baru pertama kali aku nonton konser musik. So, konser ini nggak boleh terlewatkan. Ternyata orangtuaku udah memberi kepercayaan penuh boleh keluar malem.yeey...sebelum berangkat kesana,aku harus jemput temenku si Early, ketemu Desta di deket plengkung gading, terus ke rumahnya Nurul. Nurul nekat bener, baru sore keluar dari rumah sakit karena cacar, malem ngikut nonton.Diwanti-wanti lah sama bapaknya.

Huah, kita ngaret. Aku udah deg-deg an...Early bilang,"dia nggak bakal main kalau kita belum dateng,Khus..." bisa aja dia.So, kita nyampe udah hampir jam 8 lebih..untung mas Issy belum main,tapi tempat duduk di dalem penuh.Eh, disana aku ketemu Nita,Donny, Gabul. Bareng-bareng mencoba menyusup ke dalam, kalau-kalau ada kursi. Sayang, udah penuh....

Akhirnya,masnya dateng... Alhasil aku dkk nonton lewat jendela. Bodo amat yang lain ketutupan..hehehe. Masnya mainin sebuah lagu, nggak tau judulnya yang jelas karyanya Mbah Bach dan aku rekam pake kamera. Baguus...aku berasa mbayangin negeri-negeri di Eropa kaya gimana..

Waktu main lagu kedua, dia ngelepas jasnya (aku yakin banget dia kepanasan). Yang lain langsung ber-ooooh....kenapa sih? biasa aja kali. Cuma ngelepas jas...

Setelah memainkan dua buah lagu, break 15 menit. Yang di dalem ada yang keluar, aku dkk masuk dong...yeah, dapet tempat duduk. Ketemu alumni juga ternyata. Habis break, masnya dateng lagi. Akhirnya aku tahu kalau masnya ini mau mainin karya-karya Bach. Padahal aku pengen lihat dia main Winternya Vivaldi. But, nggak apa-apa, tetep oke.

Salah satu karya Bach yang dia mainin menceritakan kesedihan pengarang waktu ditinggal istrinya tercinta, setelah melahirkan, tapi sayangnya dia terlambat tahu kalau istrinya meninggal, soalnya lagi di luar kota. Ya, Bach hidup di jaman kapan, belum ada HP...jadi, buat lagu deh. Makanya nadanya sedih-sedih gitu...

Akhirnya, konsernya selesai, sekitar jam 10 kurang. Aku dkk keluar, niat pulang, eh tergoda minta tanda tangan. Aku antri deh, yaah..nggak bisa jaga hijab. Gimana nggak, kesenggol-senggol. Kalau yang lain mah pada minta foto, dirangkul sama masnya, sampai ada yang nyium pipinya. Duh! mas Issy kaya pasrah, fansmu anarki ya? aku cuma pengen minta tanda tangan. Sedikit lagi,aku udah deket banget. Tapi yaaah..dia dibawa pergi. Ya sudah....

Setelah aku pulang, masih merenung di kamar. Euforia. Masnya selain mainnya bagus, ganteng lagi dan dia begitu jelas di depanku mainnya, lumayan deket lah jarak pandangnya. Alunan biolanya masih terngiang-ngiang... But, saat aku hampir mengagumi dia terlalu jauh, harus kusadari, dia cuma manusia biasa yang punya kelebihan main biola. Mengagumi terlalu jauh, ujung-ujungnya obsesi, duh...bahaya. Cukuplah saya mengagumi permainannya.

Kalau sekarang sih aku masih suka muter rekaman konsernya.  Enak buat relaksasi di malam hari.Betewe, suaranya bening bener..yaiyalah, maestro gitu...kalau ada berita tentang dia, ya aku baca. Beberapa kalimatnya yang menurutku oke. Kapan-kapan aku post, kalau sempat... :D

Minggu, 11 Desember 2011

Iseng-iseng dapet..wow!

sehabis UAS, saatnya searching Youtube lagi! ahihihi..Nggak nyari aneh-aneh kok, aku suka nyari video musik. eeh, aku malah ketemu video oke. Ternyata videonya Sungha Jung,15 tahun, gitaris dari Korea..Kayaknya dia jenius deh. mainnya keren gitu.jarang-jarang lihat orang nggitar petikan, biasanya digenjreng...dia ternyata spesialis fingerstyle. Baru pertama lihat langsung jatuh cinta nih.Anaknya imut pula.ahihihi..









1 Litre of Tears

Pernah nonton "One Litre of Tears" ? serial yang bikin terharu..temenku malah sampai nangis. itu kan dari kisah nyata gadis yang mangidap penyakit, namanya susah ..intinya penyakitnya ada di otak lah. Dari film itu, aku dapet beberapa puisi dari situ. puisinya menyentuh, by Ikeuchi Aya, 

The Other Side of Suffering
Everyone feels pain
But surely, after suffering satisfaction will arrive
Even with sports,studying or other ordeals
With life,it’s like that for everyone
If we can beat the pain, on the other side
A rainbow of happiness awaits for us
That will definitely become a treasure
Let’s believe in that

Step by Step
When my existence seems to disappear
I will look for the place where I can do the best I can
From now on,I’ll deliberate slowly
I won’t be impatient
I won’t be greedy
I won’t give up
Because everyone takes things step by step

My lovely Vio

Holaaa….yak, bertemu lagi dengan saya yang sudah sangat lama sekali (kalimat g efektif) nggak ngisi blog. Insya Allah deh bakal update..hehehe.

Aku mau cerita tentang sbuah benda yang ada lekuknya, berlubang resonansi berbentuk huruf f, berdawai empat,terbuat dari kayu. Yak, my lovely violin. Bagi orang lain, itu sih biasa aja. bagiku, dia salah satu horcrux..hehehe. Sejarah aku punya dia itu,pas smp kan aku baru belajar tuh gara-gara coba-coba ikutan ekskul violin di sekolah,terus kado ultah ke 13, aku dibeliin deh. sekarang umurnya udah 5 tahun. Di toko musik dulu aku beli violin yang harganya paling murah,Rp 475.000..sekarang udah nggak ada yang harga segitu menurut survey di beberapa toko musik. Tulisan di dalamnya ”MADE IN CHINA”.Kenapa beli paling murah?Jaga-jaga kalau aku nggak bertahan lama belajar biola, jadi nggak rugi banyak. Ternyata, keterusan sampai sekarang belajarnya.
Setelah sekian lama, aku sering ngomelin biolaku itu, apalagi setelah aku banyak nyobain biola orang lain yang mahal. Jadi iri..pengen banget ganti biola. gimana nggak, berat banget…padahal punya temen-temen enteng.Selain itu susah disetem, udah gitu kalau udah setem suka turun-turun sendiri (maksudnya tiba-tiba jadi nggak setem lagi suaranya) padahal nyetemnya butuh waktu lama. Terus, senarnya yang aku pasang juga murah...mau beli pirastro? Harga 1 senar bisa buat jajan 2 minggu.Tapi jangan salah, dia samasekali bukan biola murahan.
Dibanding biola lain punya temen-temen aku, suaranya itu keras banget. Dulu mas-mas yang ngajarin aku biola waktu smp juga bilang suara biolaku keras. Nggak tau apa artinya, apakah biolaku dengan suara yang keras itu dikatakan bagus? Semoga. Tapi ya keras banget itu horror juga…aku beliin peredam, ternyata cuma ngaruh dikit. Tapi lebih enak dengernya.
Satu lagi, dan aku baru nyadar sekitar 1 tahunan,  dia itu kadang moody. Loh? Kadang aku ngerasa enak dan ringan mainin dia, kadang ngerasa berat dan nggak enak mainin itu biola. Hehe, mungkin akunya kali ya yang moody. So, aku nggak mau maksain diri kalau nggak begitu mood main biola ya udah…
Keinginan ganti biola semakin besar, waktu kelas X dan XI..pokoknya kalau aku udah mainnya bagus pokoke harus ganti. Aku udah searching ke internet nyari biola, tapi..ihik. ternyata harganya muahal-muahal rek. Tabunganku bakal ludes kalau beli itu biola. aku juga udah ke rumah violin yang di deket sekolahku, biolanya bikin pengeeen…tapi ya itu, harganya aku lihat 1 juta keatas (yaiyalah, jaman sekaraaang…)
Tapi akhir-akhir ini keinginan pinging ganti biola berkurang. Kenapa? Seperti aku bilang di atas, dia udah jadi horcruxku barangkali?  Entah kenapa aku sekarang nggak suka main biola ornag lain. kemarin aja nyobain biola adek kelasku yang kelihatannya biola mahal, nggak nyaman. apa karena aku nerveus takut matahin senarnya atau nggak,tapi aku nggak suka. Main lagu pun nggak mantep. Sedangkan kalau pake biolaku, nyaman bangeet. Padahal udah aku certain kan biolaku gimana?
Ya, itulah makna dari sebuah benda kesayangan. Kalian pasti juga punya benda kesayangan kan? dulu aku juga heran, kok temenku masih mempertahankan hape yang udah lecet sana-sini, tipe jadul, padahal dia mungkin mampu beli hp yang oke. ternyata rasanya sama kaya aku. udah menyatu. Ada juga orang yang punya bantal, udah kucel, bau, tapi nggak bisa tidur tanpa itu bantal. Itulah chemistry antara kau dan barang kesayanganmu.
Nggak usah heran kenapa orang masih mempertahankan barang kesayangannya yang bagi orang lain itu nothing. Kalau menilai hanya dengan nilai uang semata, bukan apa-apa lah. Tapi, nilailah sesuatu dengan nilai yang lain. Kamu bisa nggak menukar kenangan dengan uang kan?