Siapa yang pengen jadi dokter? Banyak, banget malah. Include
me.
Karena itu, aku nonton code blue dan hasilnya…aku menemukan
banyak hikmah dari nonton film ini. Film (lebih tepatnya
dorama) mengisahkan 4 dokter muda, ya yang lagi ko-as gitu. Mereka berempat
punya karakter spesial sendiri-sendiri.
Di rumah sakit mereka di departemen lifesaving, semacam
departemen yang menyelamatkan korban kecelakaan. Setiap hari adaaa aja.
paling-paling tidur Cuma bisa satu dua jam, malah nggak tidur sama sekali (
padahal aku tukang tidur, ya Allah…)
Satu hal yang bikin aku keinget terus si Aizawa, yang paling
pinter. Sosok yang berani dan dingin banget. Suka sama mbedah-,mbedah. Dia
pernah bilang,” pembedahan itu seperti olahraga,butuh banyak latihan.” Dokter
seniornya bilang, intinya gini: “ kamu benar, tapi mereka itu manusia, bukan
babi yang bisa seenaknya kamu bedah.”
Kalau aku merhatiin..image seorang dokter itu prestise. Iya sih,
imagenya intelektual, penghasilan dokter juga rata-rata tinggi.Komplit kan? So,
banyak banget yang pengen jadi dokter. Ornag tua nyuruh-nyuruh anaknya buat
jadi dokter, soalnya kerjaannya terjamin. Nggak bisa memungkiri juga,..ya
sudahlah.
Parahnya, pernah aku baca berita ada calon mahasiswa nyewa
joki waktu SNMPTN biar lulus jadi mahasiswa kedokteran. Mau jadi dokter apaan,
awal-awalnya udah nyogok. Ada issu, ada beberapa universitas yang meminta
sumbangan untuk fakultas kedokteran ratusan juta. Kok jadi apa-apa duit?
Ckckck..prihatin.
Sedangkan, dari film itu aku tahu bahwa jadi dokter itu…menantang,
nggak sekedar prestise aja. Ya, ada nyawa orang di tangannya. Dokter adalah
salah satu perantara Allah dalam menyembuhkan manusia yang sakit, pasti besok
dimintain pertanggungjawabannya. Nggak bisa main-main dong ya…
Tanggung jawab moralnya tinggi. Di film itu, aku lupa yang
bilang siapa, jadi dokter itu kalau kamu berhasil menyelamatkan orang, mereka
akan berterimakasih padamu, tapi kalau pasienmu meninggal, kamu dibilang
pembunuh. Jadi ndredeg…
Mereka juga harus mengorbankan banyak hal, termasuk urusan
pribadi. Yang tadinya mau pulang, jadi nggak bisa. Memberikan yang terbaik buat
pasien. Yang bikin aku nggerus, seorang dokter waktu ngasih tahu keadaan pasien
yang..tragis. Hiyama misalnya,yang suka terpengaruh sama kondisi, nggak tega bilang ke keluarga pasien kalau
ternyata pasien itu lumpuh total gara-gara kecelakaan. Tapi dia harus bilang
walaupun pahit. Intinya, dokter harus terbiasa melihat kenyataan-kenyataan
pahit yang ada di depannya.
Selain itu, dokter harus gesit, sigap (padahal aku masih
lelet nih). Bayangin, waktu menangani sebuah kecelakaan, dokternya bisa
dihitung jari tapi korbannya disana sini. Mereka saling berteriak minta
diselamatin duluan. Siraishi, dokter yang cantik itu pun pernah bingung mana
yang harus diprioritaskan. Di satu sisi, pasien itu walaupun dibawa ke dokter
heli tetep nggak ngaruh (udah sakaratul maut), dan pasien yang lain harus
dibawa pake dokter heli karena kemungkinan besar masih bisa diselamatkan.
Akhirnya dia bisa memilih walaupun ada yang marah sama dia. Harus pinter-pinter
memprioritaskan.
Cita-cita jadi dokter mulia kok,sama kaya cita-cita yang
lain. Buat temen-temen (dan aku juga), yang mau jadi dokter, semoga dari hati
ya. Apa mau, belajar bertahun-tahun ,
baca buku tebel, tapi ilmu tidak benar benar diterapkan dari hati untuk
mendapat ridha Illahi? Jangan sampai deh. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar