Minggu, 26 Juni 2011

Apa cita-citamu?

Assalamu'alaikum


Renungan sore,menjelang magrib. Baru kemarin aku masuk SMA,sekarang udah naik ke kelas XII. Penentuan masa depan, mau kuliah dimana?
            Mungkin sebagian teman-teman sudah menentukan ingin kuliah dimana, ingin menjadi apa.Sama seperti aku, juga sudah menentukan pilihan. Orangtua terlibat? Jelas, bahkan tak jarang di antara teman-teman yang pilihannya ditentukan orangtua kan? Kalau aku, sebagian ditentukan orangtua,sebagian pilihanku. Ceritanya fifty-fifty.
            Ngomong-ngomong masalah pilihan, apa pilihan teman teman dan apa  pilihan orangtua? Siapa yang disuruh sekolah di kedokteran padahal keinginan hati ke teknik. Siapa juga yang disuruh ke sekolah akutansi yang bergengsi padahal hati tidak berkenan ke bidang itu. siapa yang ingin menjadi seniman, tetapi disuruh sekolah ekonomi? ingin ke bahasa tetapi dipaksa ke matematika. Fenomena yang banyak terjadi di antara kita.
            Nggak salah orangtua memilihkan, karena beliau tahu lebih banyak daripada anaknya. seperti jurusan X jaminan kerjanya pasti, sangat prestisius juga, jadi apa salahnya? Apalagi kalau anaknya mampu. kalau ada anak yang bilang, “ma…aku pengen jadi ini..”,lalu mama menjawab,”jadi ini aja, hidupnya lebih terjamin, kerjanya gampang…daripada jadi itu, ntar cari kerja susah”atau,”jadi dokter pekerjaan mulia.”nah, berawal dari sana, ada yang memberontak benar-benar tidak mau, ada yang mengangguk menurut, ada yang mengangguk padahal hati menolak.
Hmm,,,apakah hanya cita-cita tertentu yang bisa menjamin kehidupan? Apa hanya profesi tertentu yang mendapat predikat mulia?aku nggak  sependapat. Aku ingin menjabarkan beberapa kemuliaan dari beberapa profesi.
Jadi ustad atau uztadzah …Subhanallah…mulia sekali, mengajarkan agama, membantu kita mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Jadi guru, Subhanallah..mendidik murid-murid dan mengajarkan banyak ilmu. Meski gajinya tidak sebanyak dokter,insinyur,atau arsitek…dulu calon-calon orang hebat diajari siapa di sekolah? siapa yang membuat mereka terangsang untuk belajar? Guru, yang mengenalkan ilmu.
Jadi dokter. Ini juga mulia, menolong banyak orang yang sakit. Menjadi perantara Yang Maha Kuasa, Subhanallah…
Jadi Arsitek. Wah, merancang gedung-gedung kota, rumah, dan bangunan yang lainnya. Merancnag bangunan yang indah,kokoh. Apa itu tidak hebat?
Jadi pengacara, hakim..Indonesia membutuhkan pengacara dan hakim yang berakhlak mulia…membela yang benar,menjunjung kebenaran…memiliki kemuliaan tersendiri.
Jadi seniman.pemusik,pelukis,pemahat,dll. Siapa sih yang nggak suka keindahan? Semua suka. Apa salahnya menjadi seniman,asal menekuninya? Mewujudkan keindahan dengan cara yang mengagumkan dan keahlian ini belum tentu dimiliki semua orang.
Jadi Ilmuwan…mengembangkan ilmu dan menciptakan banyak temuan baru yang berguna bagi orang banyak,,Subhanallah..
Jadi psikiater…memahami karakter,ilmu jiwa. Menolong jiwa-jiwa yang depresi. Mulia kan?
ahli sejarah, ,politikus,ahli bahasa,ahli gizi, atau pekerjaan yang berasal dari sekolah kejuruan seperti penjahit, koki, montir, pengrajin logam. Masing-masing memiliki kemuliaannya sendiri. meski ada pekerjaan yang rawan menjadi lahan kejahatan,hakikat pekerjaan itu tetap mulia. Memang dokter nggak bisa berbuat jahat? Dia bisa saja berbuat kejam membunuh pasiennya karena dibayar mahal oleh seseorang. Ilmuwan, ada  yang plagiat supaya dirinya yang diakui khalayak menciptakan barang canggih. Semua tergantung pribadi masing-masing,kan?
Itulah kenyataan yang sudah terjadi. Belum lagi masalah penghasilan di masa depan. Uuh,debat  lagi. anak memilih jurusan yang berkaitan dengan seni, orangtua berkomentar jurusan itu tidak menjamin. Orangtua lupa,diluar sana banyak pelukis, pemusik, art director, yang sama suksesnya dengan dokter,insinyur,ahli ekonomi,dan guru.
Pikiran terbelenggu pada titik-titik tertentu. Mari membuka hati karena dunia ini luas. Segala peluang baik tersebar dimana-mana. Kita hanya memilih salah satu atau salah dua dari kata hati dan menekuninya sesuai kemampuan. SaTidak ada yang lebih baik atau buruk,karena semuanya baik. Salah memilih akan terjadi saat kita memilih sesuatu yang tidak sesuai hati dan mengerjakannya dengan setengah hati. Jadi, mantapkan hati, muara harapan adalah karena Allah semata. walaupun pilihan kita tidak menjamin kehidupan yang mapan, yakinlah, Allah yang akan menjamin hidup kita jika kita termasuk orang yang bersungguh-sungguh. J
***

Tidak ada komentar: